
Kalau lo ngikutin sepak bola internasional beberapa tahun terakhir, lo pasti sempat denger hype soal Kosovo — tim nasional baru yang tampil nekat dan main berani di kualifikasi Euro dan Nations League. Dan dari semua pemain yang tampil mencolok, ada satu nama yang gak boleh dilewatin: Arbër Zeneli.
Dia bukan nama yang sering muncul di headline Eropa. Bukan pemain Liga Inggris. Tapi dia salah satu alasan Kosovo sempat bikin Belgia, Inggris, dan Republik Ceko kaget. Pemain sayap ini punya kecepatan, teknik, dan naluri assist tinggi. Dan yang paling penting? Dia milih main buat Kosovo di saat dia bisa aja ambil Swedia.
Zeneli bukan cuma winger cepat. Dia simbol tekad, identitas, dan cerita diaspora yang pilih jalan yang lebih sulit tapi lebih bermakna.
Awal Mula: Lahir di Swedia, Tapi Darah Kosovo Nggak Pernah Hilang
Arbër Zeneli lahir 25 Februari 1995 di Högaborg, Swedia. Orang tuanya berasal dari Kosovo, dan pindah ke Swedia di masa perang Balkan. Dia tumbuh di kota kecil Helsingborg, di mana sepak bola jalanan jadi gaya hidup.
Bakatnya udah kelihatan dari kecil. Teknik khas Balkan — cutting, dribble pendek, dan ball control tajam — dia dapet dari ayahnya. Tapi gaya main Skandinavia yang lebih terstruktur juga membentuk dia jadi pemain hybrid.
Dia gabung akademi lokal, Elfsborg, dan langsung melesat jadi salah satu talenta paling menarik di Allsvenskan (liga Swedia). Bahkan Swedia sempat tarik dia buat timnas U-21.
Elfsborg: Lompatan Pertama di Karier Pro
Zeneli debut di tim utama IF Elfsborg tahun 2014, usia 19. Dia langsung ngasih impresi positif:
- Cepat, lincah
- Suka tusuk dari sayap kiri
- Passing vision tinggi
- Cukup tajam di depan gawang
Dia main bareng beberapa pemain senior yang bantu dia berkembang. Dan pada musim 2015, dia jadi salah satu pemain muda terbaik di liga — hasilnya? Dilirik klub luar Swedia.
Total 75 pertandingan dan 15 gol buat Elfsborg sebelum akhirnya pindah ke Belanda.
SC Heerenveen: Saat Zeneli Makin Matang
Tahun 2016, Zeneli pindah ke SC Heerenveen di Eredivisie — liga yang terkenal cocok buat winger teknikal. Dan ini langkah tepat. Dia berkembang pesat di Belanda.
Statistik selama di Heerenveen:
- 104 pertandingan
- 18 gol
- 31 assist
- Jadi raja key passes dan dribble sukses
Dia bukan winger egois. Justru dia lebih suka assist daripada cetak gol. Main dari kiri, cutting ke dalam, lalu lepas umpan terobosan ke striker. Gaya mainnya cocok banget buat sistem menyerang cepat.
Dia sempat dilirik klub Jerman dan Prancis. Tapi Zeneli milih tempat yang bisa jamin menit bermain: Stade de Reims.
Stade de Reims: Start Bagus, Tapi Cedera Jadi Batu Sandungan
Tahun 2019, Zeneli gabung ke klub Ligue 1, Stade de Reims. Musim pertamanya oke banget. Dia langsung kasih:
- 5 assist dalam 10 laga
- Kombinasi tajam dengan Boulaye Dia (yang sekarang di Villarreal)
- Jadi motor serangan utama Reims
Tapi sayangnya… cedera ACL datang di saat dia lagi on fire. Dia absen lebih dari 8 bulan, dan sejak itu kariernya gak pernah balik ke puncak performa.
Dia sempat balik dan main bagus, tapi ritmenya gak setajam sebelum cedera. Waktu itu, Reims juga berubah strategi, dan Zeneli mulai kehilangan peran sentral.
Tapi bukan berarti dia selesai.
Timnas Kosovo: Bukan Cuma Pemain, Tapi Simbol
Zeneli bisa main buat Swedia, Albania, atau Kosovo. Tapi saat Kosovo baru dapat pengakuan FIFA dan UEFA tahun 2016, dia langsung bilang:
“Saya mau jadi bagian sejarah.”
Dan emang jadi sejarah beneran.
Debutnya lawan Kepulauan Faroe langsung dihias gol dan assist. Tapi momen terbaik datang waktu dia:
- Cetak hat-trick lawan Azerbaijan di UEFA Nations League 2018
- Bawa Kosovo promosi ke Liga B
- Bantu tim lolos ke babak play-off Euro
Gaya main Zeneli beda dari winger Kosovo lainnya. Dia bawa ketenangan, teknik halus, dan kreativitas yang gak umum di tim yang baru dibentuk.
Dia jadi wajah utama generasi pertama Kosovo bareng:
- Milot Rashica
- Valon Berisha
- Amir Rrahmani
- Vedat Muriqi
Gaya Main: Bukan Hanya Lari Kencang
Zeneli itu bukan winger tipikal FIFA pace merchant. Dia lebih ke:
- Cutting inside player
- Playmaker dari sisi
- Kombinasi 1-2 cepat
- Visioner buat cari celah umpan
Kalau lo suka gaya main David Silva versi sayap kiri, itulah Zeneli. Dia bukan flashy, tapi efisien dan smart decision maker.
Sayangnya, dia kadang terlalu “halus” buat liga fisik kayak Ligue 1. Dan itu kadang bikin dia gak cocok di sistem tim yang lebih direct.
Mentalitas dan Loyalitas: Anti Pindah-Pindah Demi Cuan
Di saat pemain lain gonta-ganti klub demi duit atau sorotan, Zeneli selalu pilih tempat di mana dia bisa jadi bagian penting.
Dia tetap di Reims walau performa drop. Dia tetap main buat Kosovo walau negara itu gak punya jaminan turnamen besar. Dia sempat dapet tawaran dari Timur Tengah, tapi dia nolak karena masih pengen main di level kompetitif.
Dan itu bikin fans respect. Dia bukan bintang sinetron bola. Dia pure pemain bola yang suka lapangan, bukan spotlight.
Sekarang Gimana?
Tahun 2023, kontrak dia di Reims habis. Dia sempat status free agent, tapi tetap aktif bareng timnas. Dia masih main buat Kosovo di Kualifikasi Euro 2024, walau udah gak se-freak dulu.
Ada rumor dia bakal balik ke Skandinavia atau nyari klub di liga tengah Eropa. Tapi satu hal pasti: kalau dia fit, dia masih bisa bantu tim mana pun yang butuh winger cerdas.
Kesimpulan: Zeneli Itu Simbol Pilihan Hati, Bukan Sekadar Karier
Arbër Zeneli gak bakal masuk daftar Ballon d’Or atau starting XI klub elite Eropa. Tapi buat fans Kosovo, dia pionir, wakil diaspora, dan simbol keputusan berani.
Dia pilih jalan sunyi — bukan demi popularitas, tapi buat jadi bagian dari sesuatu yang lebih besar: negara yang baru bangkit. Dan dalam dunia sepak bola modern yang makin transaksional, cerita kayak gini makin langka.
Zeneli adalah contoh bahwa bintang gak selalu harus terang di mana-mana. Kadang cukup bersinar di tempat yang paling butuh cahaya.